Salam Dapodik News.
Pembanguna sebuah kota adalah bagaimana pemimpinnya punya Visi yang jelas dalam membangun Kota yang menjadi kendali pemikiran besarnya, sebagaimana telah kita ketahui bersama ada beberapa kota yang mengalami perbaikan setelah dipimpin oleh pejabat yang punya Visi besar.
Sebut saja diantaranya ada walikota Risma di Surabaya, Burhanudin Abdulah di Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan, Dedi Mulyadi di Purwakarta, juga Ridwan Kamil di Kota Bandung.
Dengan kepemimpinan Ridwan kamil saat ini beliau berkeinginan menjadikan kota Bandung sebagai "Kota cerdas", melalui beberapa perbaikan system dan pembangunan dalam bidang Pendidikan dan teknologi Informasi.
Pembanguna sebuah kota adalah bagaimana pemimpinnya punya Visi yang jelas dalam membangun Kota yang menjadi kendali pemikiran besarnya, sebagaimana telah kita ketahui bersama ada beberapa kota yang mengalami perbaikan setelah dipimpin oleh pejabat yang punya Visi besar.
Sebut saja diantaranya ada walikota Risma di Surabaya, Burhanudin Abdulah di Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan, Dedi Mulyadi di Purwakarta, juga Ridwan Kamil di Kota Bandung.
Dengan kepemimpinan Ridwan kamil saat ini beliau berkeinginan menjadikan kota Bandung sebagai "Kota cerdas", melalui beberapa perbaikan system dan pembangunan dalam bidang Pendidikan dan teknologi Informasi.
Meski belum ada kesepakatan tuntas mengenai konsep "kota cerdas", tapi umumnya para ahli memahaminya sebagai kota yang memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan kinerja dan kesejahteraan warga, mengurangi biaya-biaya, dan konsumsi sumberdaya, serta melibatkan warga secara lebih efektif dan aktif.
Dalam satu kesempatan, Walikota Bandung Ridwan Kamil mengatakan apabila seluruh urusan di Bandung dapat diselesaikan lewat Internet, maka tujuan Kota Bandung menjadi kota cerdas akan terwujud. Setiap urusan ada aplikasi untuk menanganinya sehingga memudahkan pelayanan publik.
Cukupkah itu? Dan urusan apa saja? Jika pemanfaatan teknologi digital itu mampu mempercepat keluarnya perizinan, pembuatan KTP, dan penanganan bencana karena informasi diterima oleh aparat dalam waktu singkat, rasa-rasanya masih harus dikembangkan.
Teknologi digital, seperti media sosial, CCTV, sensor-sensor, adalah sarana. Yang tidak boleh dilupakan dalam membangun manajemen kota, agar aspek transportasi, penggunaan energi, perawatan kesehatan, pemakaian air, penataan ruang kota, penngendalian jumlah penduduk, maupun penanganan sampah dan limbah berlangsung efektif-efisien. Jangan sampai kota cerdas hanya menjadi ajang pencitraan pemakaian teknologi digital, tetapi penanganan masalah perkotaannya tidak semakin baik.
Teknologi digital adalah sarana agar pemakaian energi lebih efisien, transportasi kota semakin baik, nyaman, dan lancar, ruang-ruang kota semakin tertata—tidak sumpek, tersedia ruang terbuka hijau yang memadai, serta sampah dan limbah dikelola dengan baik untuk menekan potensi banjir dan penurunan kualitas kesehatan warga, maupun peningkatan kegiatan ekonomi yang lebih berbasis pengetahuan.
Cukupkah itu? Dan urusan apa saja? Jika pemanfaatan teknologi digital itu mampu mempercepat keluarnya perizinan, pembuatan KTP, dan penanganan bencana karena informasi diterima oleh aparat dalam waktu singkat, rasa-rasanya masih harus dikembangkan.
Teknologi digital, seperti media sosial, CCTV, sensor-sensor, adalah sarana. Yang tidak boleh dilupakan dalam membangun manajemen kota, agar aspek transportasi, penggunaan energi, perawatan kesehatan, pemakaian air, penataan ruang kota, penngendalian jumlah penduduk, maupun penanganan sampah dan limbah berlangsung efektif-efisien. Jangan sampai kota cerdas hanya menjadi ajang pencitraan pemakaian teknologi digital, tetapi penanganan masalah perkotaannya tidak semakin baik.
Teknologi digital adalah sarana agar pemakaian energi lebih efisien, transportasi kota semakin baik, nyaman, dan lancar, ruang-ruang kota semakin tertata—tidak sumpek, tersedia ruang terbuka hijau yang memadai, serta sampah dan limbah dikelola dengan baik untuk menekan potensi banjir dan penurunan kualitas kesehatan warga, maupun peningkatan kegiatan ekonomi yang lebih berbasis pengetahuan.
Begitu pula, warga kota (smart citizens) dilibatkan dalam pengambilan keputusan dan tindakan terkait kota/kabupaten tempat tinggal mereka. Tata kelola pemerintahan menjadi makin transparan dan akuntabel.
Dalam konteks inilah, data digital yang dihimpun dari berbagai peranti seperti media sosial, sensor-sensor, kamera pantau, dsb dapat diambil value-nya melalui aktivitas analitik. Wawasan (insights) yang didapat bisa menjadi bahan pertimbangan bagi aparat untuk mengambil keputusan. Namun, jika tidak ditindaklanjuti dengan tindakan, ya mubazir saja. Artinya, banjir tetap ada, sampah tetap menumpuk, jalanan tetap macet, pemakaian listrik tetap boros, serta kualitas lingkungan makin menurun.
Dalam konteks inilah, data digital yang dihimpun dari berbagai peranti seperti media sosial, sensor-sensor, kamera pantau, dsb dapat diambil value-nya melalui aktivitas analitik. Wawasan (insights) yang didapat bisa menjadi bahan pertimbangan bagi aparat untuk mengambil keputusan. Namun, jika tidak ditindaklanjuti dengan tindakan, ya mubazir saja. Artinya, banjir tetap ada, sampah tetap menumpuk, jalanan tetap macet, pemakaian listrik tetap boros, serta kualitas lingkungan makin menurun.
Menjadikan kota cerdas tidak hannya dengan membangun perangkat digital semata, yang lebih penting daripada itu adalah membangun mental para warganya, agar bertindak dengan cerdas dalam menghadapi dan menyelesaikan setiap permasalahan kota.