Salam Dapodik News.
Ikhlasul Amal, peneliti pada Pusat Penelitian Metalurgi dan Material, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. menerangkan, profesi-profesi yang berkaitan langsung dengan STEM merupakan profesi yang akan menjadi tulang punggung pengembangan ekonomi suatu negara.
"Pembangunan ekonomi suatu negara tentu tidak bisa hanya mengandalkan kemampuan eksploitasi sumber daya alam yang dimiliki, namun harus ditopang dengan kemampuan untuk melakukan inovasi,” ujar dia.
Masa depan bidang pekerjaan yang terkait STEM pun lebih cerah. Mengutip data dari Biro Statistik Tenaga Kerja Amerika Serikat tahun 2011, di lingkup global, diperkirakan pada satu dekade mendatang, lapangan pekerjaan terkait STEM akan meningkat 17%. Sementara itu, pekerjaan non-STEM hanya menanjak 10%.
"Karena itu, kekurangan kualitas dan kuantitas SDM yang memahami disiplin ilmu STEM akan menjadi penghambat pembangunan," ucap Ikhlasul, menyimpulkan.
Sementara itu Staf Ahli Wakil Presiden RI,Wijayanto, memberikan pendapat, tidak ada cara instan untuk meraih keunggulan di bidang STEM, selain melalui penguatan proses pendidikan. Namun sayangnya, pola pengajaran di Indonesia belum sepenuhnya mendukung proses pendidikan berbasis STEM.
Pola pengajaran sekolah dasar sampai atas kita masih mengedepankan text book dan proses pembelajaran di kelas. Padahal, hal itu cuma bagian dari proses pembelajaran. Sedangkan science membutukan banyak percobaan di luar kelas, lalu mengaitkannya dengan solusi yang aplikatif.
"Kalau kita lihat di negara maju, metode classroom hanya sebagian waktu saja, sisanya murid diajak untuk terlibat di luar kelas, mengenal dunia luar. Metode pembelajaran pun sangat aplikatif,” papar Wijayanto.
Ikhlasul Amal, peneliti pada Pusat Penelitian Metalurgi dan Material, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. menerangkan, profesi-profesi yang berkaitan langsung dengan STEM merupakan profesi yang akan menjadi tulang punggung pengembangan ekonomi suatu negara.
Pendidikan nasional harus berbasiskan ilmu pengetahuan (science), teknologi (technology), teknik (engineering), dan matematika (math) atau disingkat STEM. Konsep ini diharapkan meningkatkan keunggulan dan daya saing bangsa di kancah internasional.
"Pembangunan ekonomi suatu negara tentu tidak bisa hanya mengandalkan kemampuan eksploitasi sumber daya alam yang dimiliki, namun harus ditopang dengan kemampuan untuk melakukan inovasi,” ujar dia.
Masa depan bidang pekerjaan yang terkait STEM pun lebih cerah. Mengutip data dari Biro Statistik Tenaga Kerja Amerika Serikat tahun 2011, di lingkup global, diperkirakan pada satu dekade mendatang, lapangan pekerjaan terkait STEM akan meningkat 17%. Sementara itu, pekerjaan non-STEM hanya menanjak 10%.
"Karena itu, kekurangan kualitas dan kuantitas SDM yang memahami disiplin ilmu STEM akan menjadi penghambat pembangunan," ucap Ikhlasul, menyimpulkan.
Sementara itu Staf Ahli Wakil Presiden RI,Wijayanto, memberikan pendapat, tidak ada cara instan untuk meraih keunggulan di bidang STEM, selain melalui penguatan proses pendidikan. Namun sayangnya, pola pengajaran di Indonesia belum sepenuhnya mendukung proses pendidikan berbasis STEM.
Pola pengajaran sekolah dasar sampai atas kita masih mengedepankan text book dan proses pembelajaran di kelas. Padahal, hal itu cuma bagian dari proses pembelajaran. Sedangkan science membutukan banyak percobaan di luar kelas, lalu mengaitkannya dengan solusi yang aplikatif.
"Kalau kita lihat di negara maju, metode classroom hanya sebagian waktu saja, sisanya murid diajak untuk terlibat di luar kelas, mengenal dunia luar. Metode pembelajaran pun sangat aplikatif,” papar Wijayanto.