Salam Dapodik News.
Tantangan persaingan global semakin menghadang untuk bisa kita hadapi bersama, salah satu upayanya adalah dengan meningkatkan daya saing dalam bidang pendidikan, ada berbagai konsep yang ditawarkan dalam meningkatkan pendidikan pada saat ini, salah satu tawaran yang menarik adalah diungkapkan Wijayanto Samirin, staf khusus Wakil Presiden RI bidang Ekonomi dan Keuangan.
Pendidikan nasional harus berbasiskan ilmu pengetahuan (science), teknologi (technology), teknik (engineering), dan matematika (math) atau disingkat STEM. Konsep ini diharapkan meningkatkan keunggulan dan daya saing bangsa di kancah internasional.
Terbukti, sejumlah negara yang memiliki perekonomian yang maju seperti Jepang dan Singapura, justru minim sumber daya alam. Meski minim sumber daya alam, negara-negara tersebut justru memiliki kekuatan dan daya saing unggulan, yakni keunggulan sumber daya manusianya. Mereka unggul dalam bidang STEM.
Menurut Wijayanto, tidak ada negara maju tanpa ditunjang industrialisasi. Dalam memberikan nilai tambah di bidang apa pun, baik otomotif, kesehatan, luar angkasa, diperlukan pendekatan science dan engineering.
Pendekatan STEM pun menjadi penting karena akan mendisplinkan pola berpikir menjadi logis, terstruktur, dan terencana.
"Budaya berpikir seperti ini saja sudah mampu menciptakan generasi yang berbeda. Mereka akan menghargai proses, tidak mudah mengambil jalan pintas, dan mau bekerja keras,” tegasnya.
Pemaparan Wijayanto diperkuat oleh Ikhlasul Amal, peneliti pada Pusat Penelitian Metalurgi dan Material, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Ikhlasul menerangkan, profesi-profesi yang berkaitan langsung dengan STEM merupakan profesi yang akan menjadi tulang punggung pengembangan ekonomi suatu negara.
"Pembangunan ekonomi suatu negara tentu tidak bisa hanya mengandalkan kemampuan eksploitasi sumber daya alam yang dimiliki, namun harus ditopang dengan kemampuan untuk melakukan inovasi,” ujar dia.
Masa depan bidang pekerjaan yang terkait STEM pun lebih cerah. Mengutip data dari Biro Statistik Tenaga Kerja Amerika Serikat tahun 2011, di lingkup global, diperkirakan pada satu dekade mendatang, lapangan pekerjaan terkait STEM akan meningkat 17%. Sementara itu, pekerjaan non-STEM hanya menanjak 10%.
"Karena itu, kekurangan kualitas dan kuantitas SDM yang memahami disiplin ilmu STEM akan menjadi penghambat pembangunan," ucap Ikhlasul, menyimpulkan.
Wijayanto melanjutkan, tidak ada cara instan untuk meraih keunggulan di bidang STEM, selain melalui penguatan proses pendidikan. Namun sayangnya, pola pengajaran di Indonesia belum sepenuhnya mendukung proses pendidikan berbasis STEM.
Pola pengajaran sekolah dasar sampai atas kita masih mengedepankan text book dan proses pembelajaran di kelas. Padahal, hal itu cuma bagian dari proses pembelajaran. Sedangkan science membutukan banyak percobaan di luar kelas, lalu mengaitkannya dengan solusi yang aplikatif.
"Kalau kita lihat di negara maju, metode classroom hanya sebagian waktu saja, sisanya murid diajak untuk terlibat di luar kelas, mengenal dunia luar. Metode pembelajaran pun sangat aplikatif,” papar Wijayanto.Tantangan persaingan global semakin menghadang untuk bisa kita hadapi bersama, salah satu upayanya adalah dengan meningkatkan daya saing dalam bidang pendidikan, ada berbagai konsep yang ditawarkan dalam meningkatkan pendidikan pada saat ini, salah satu tawaran yang menarik adalh diungkapkan Wijayanto Samirin, staf khusus Wakil Presiden RI bidang Ekonomi dan Keuangan.
Pendidikan nasional harus berbasiskan ilmu pengetahuan (science), teknologi (technology), teknik (engineering), dan matematika (math) atau disingkat STEM. Konsep ini diharapkan meningkatkan keunggulan dan daya saing bangsa di kancah internasional.
terbukti, sejumlah negara yang memiliki perekonomian yang maju seperti Jepang dan Singapura, justru minim sumber daya alam. Meski minim sumber daya alam, negara-negara tersebut justru memiliki kekuatan dan daya saing unggulan, yakni keunggulan sumber daya manusianya. Mereka unggul dalam bidang STEM.
Menurut Wijayanto, tidak ada negara maju tanpa ditunjang industrialisasi. Dalam memberikan nilai tambah di bidang apa pun, baik otomotif, kesehatan, luar angkasa, diperlukan pendekatan science dan engineering.
Pendekatan STEM pun menjadi penting karena akan mendisplinkan pola berpikir menjadi logis, terstruktur, dan terencana.
"Budaya berpikir seperti ini saja sudah mampu menciptakan generasi yang berbeda. Mereka akan menghargai proses, tidak mudah mengambil jalan pintas, dan mau bekerja keras,” tegasnya.
Tantangan persaingan global semakin menghadang untuk bisa kita hadapi bersama, salah satu upayanya adalah dengan meningkatkan daya saing dalam bidang pendidikan, ada berbagai konsep yang ditawarkan dalam meningkatkan pendidikan pada saat ini, salah satu tawaran yang menarik adalah diungkapkan Wijayanto Samirin, staf khusus Wakil Presiden RI bidang Ekonomi dan Keuangan.
Pendidikan nasional harus berbasiskan ilmu pengetahuan (science), teknologi (technology), teknik (engineering), dan matematika (math) atau disingkat STEM. Konsep ini diharapkan meningkatkan keunggulan dan daya saing bangsa di kancah internasional.
Terbukti, sejumlah negara yang memiliki perekonomian yang maju seperti Jepang dan Singapura, justru minim sumber daya alam. Meski minim sumber daya alam, negara-negara tersebut justru memiliki kekuatan dan daya saing unggulan, yakni keunggulan sumber daya manusianya. Mereka unggul dalam bidang STEM.
Menurut Wijayanto, tidak ada negara maju tanpa ditunjang industrialisasi. Dalam memberikan nilai tambah di bidang apa pun, baik otomotif, kesehatan, luar angkasa, diperlukan pendekatan science dan engineering.
Pendekatan STEM pun menjadi penting karena akan mendisplinkan pola berpikir menjadi logis, terstruktur, dan terencana.
"Budaya berpikir seperti ini saja sudah mampu menciptakan generasi yang berbeda. Mereka akan menghargai proses, tidak mudah mengambil jalan pintas, dan mau bekerja keras,” tegasnya.
Pemaparan Wijayanto diperkuat oleh Ikhlasul Amal, peneliti pada Pusat Penelitian Metalurgi dan Material, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Ikhlasul menerangkan, profesi-profesi yang berkaitan langsung dengan STEM merupakan profesi yang akan menjadi tulang punggung pengembangan ekonomi suatu negara.
"Pembangunan ekonomi suatu negara tentu tidak bisa hanya mengandalkan kemampuan eksploitasi sumber daya alam yang dimiliki, namun harus ditopang dengan kemampuan untuk melakukan inovasi,” ujar dia.
Masa depan bidang pekerjaan yang terkait STEM pun lebih cerah. Mengutip data dari Biro Statistik Tenaga Kerja Amerika Serikat tahun 2011, di lingkup global, diperkirakan pada satu dekade mendatang, lapangan pekerjaan terkait STEM akan meningkat 17%. Sementara itu, pekerjaan non-STEM hanya menanjak 10%.
"Karena itu, kekurangan kualitas dan kuantitas SDM yang memahami disiplin ilmu STEM akan menjadi penghambat pembangunan," ucap Ikhlasul, menyimpulkan.
Wijayanto melanjutkan, tidak ada cara instan untuk meraih keunggulan di bidang STEM, selain melalui penguatan proses pendidikan. Namun sayangnya, pola pengajaran di Indonesia belum sepenuhnya mendukung proses pendidikan berbasis STEM.
Pola pengajaran sekolah dasar sampai atas kita masih mengedepankan text book dan proses pembelajaran di kelas. Padahal, hal itu cuma bagian dari proses pembelajaran. Sedangkan science membutukan banyak percobaan di luar kelas, lalu mengaitkannya dengan solusi yang aplikatif.
"Kalau kita lihat di negara maju, metode classroom hanya sebagian waktu saja, sisanya murid diajak untuk terlibat di luar kelas, mengenal dunia luar. Metode pembelajaran pun sangat aplikatif,” papar Wijayanto.Tantangan persaingan global semakin menghadang untuk bisa kita hadapi bersama, salah satu upayanya adalah dengan meningkatkan daya saing dalam bidang pendidikan, ada berbagai konsep yang ditawarkan dalam meningkatkan pendidikan pada saat ini, salah satu tawaran yang menarik adalh diungkapkan Wijayanto Samirin, staf khusus Wakil Presiden RI bidang Ekonomi dan Keuangan.
Pendidikan nasional harus berbasiskan ilmu pengetahuan (science), teknologi (technology), teknik (engineering), dan matematika (math) atau disingkat STEM. Konsep ini diharapkan meningkatkan keunggulan dan daya saing bangsa di kancah internasional.
terbukti, sejumlah negara yang memiliki perekonomian yang maju seperti Jepang dan Singapura, justru minim sumber daya alam. Meski minim sumber daya alam, negara-negara tersebut justru memiliki kekuatan dan daya saing unggulan, yakni keunggulan sumber daya manusianya. Mereka unggul dalam bidang STEM.
Menurut Wijayanto, tidak ada negara maju tanpa ditunjang industrialisasi. Dalam memberikan nilai tambah di bidang apa pun, baik otomotif, kesehatan, luar angkasa, diperlukan pendekatan science dan engineering.
Pendekatan STEM pun menjadi penting karena akan mendisplinkan pola berpikir menjadi logis, terstruktur, dan terencana.
"Budaya berpikir seperti ini saja sudah mampu menciptakan generasi yang berbeda. Mereka akan menghargai proses, tidak mudah mengambil jalan pintas, dan mau bekerja keras,” tegasnya.